Tonfa adalah jenis
senjata tongkat berasal dari
Okinawa, berbentuk sederhana, tongkat lurus dengan pegangan tegak lurus dekat salah satu ujungnya. Alat ini sering kita lihat tergantung pada pinggang para
aparat kepolisian yang sedang bertugas mengatur
lalu-lintas, yang melakukan pengamanan
demonstrasi ataupun yang menangani
kerusuhan. Perlu diketahui bahwa alat ini sebenarnya berasal dari
Okinawa jaman kuno, tongkat sederhana yang akhirnya berkembang menjadi senjata dalam
beladiri selama berabad-abad.
Sejarah
Dikatakan bahwa tonfa pada awalnya adalah pegangan kayu yang terdapat pada sisi dari
gilingan (millstone) atau bagian dari kekang kayu pada
kuda -- yang dapat dengan mudah dilepaskan dan dipasang kembali --, dan yang kemudian dikembangkan menjadi senjata saat petani-petani
Jepang dilarang menggunakan senjata
tradisional mereka. Sumber lain mengatakan bahwa jenis senjata ini memiliki sejarah yang lebih menarik jauh ke belakang ke masa
seni beladiri Tiongkok, dan kemudian menyebar dalam budaya
Indonesia dan
Filipina. Jenis senjata ini juga terlihat di
Thailand sebagai
Mae Sun Sawk dengan sedikit perbedaannya.
Tongkat T di Indonesia
Tonfa, yang di Amerika Serikat disebut dengan Side Handle Baton (Tongkat dengan Pegangan) maka di Indonesia alat ini lebih dikenal dengan istilah “Tongkat T”.
Tonfa (Tongkat T) merupakan salah satu jenis senjata yang dipelajari di Institut
Ju-Jitsu Indonesia. Teknik penggunaan tongkat T ini dikembangkan oleh Brigadir Jendral Polisi Drs. DPM Sitompul, SH, MH (salah seorang guru besar
Institut Ju-Jitsu Indonesia) dan dijadikan alat perlengkapan anggota
Polri pada tahun 1999. Pada bulan Maret 2003 merespon permintaan Pusat Pendidikan Tugas Umum Polri (Pusdik Gasum), Porong-Jawa Timur, maka teknik penggunaannya digali dan dikembangkan kembali oleh Pengurus Daerah Institut
Ju-Jitsu Indonesia Jawa Timur (Pengda IJI Jatim). Dari studi pengembangan ini dihasilkan metode pembelajaran teknik penggunaan tongkat T, yaitu diberikan nama-nama gerakkan dasar (teknik dasar, pukulan, tangkisan, kuncian) yang dimaksudkan untuk memudahkan latihan dan pengembangannya.
Selanjutnya, atas permintaan Panitia Peringatan HUT POLRI (Hari Bhayangkara) ke-57 tahun 2003, disusun rangkaian gerakan, yaitu Kata I, Kata II, Kata III dan beberapa teknik aplikasi. Rangkaian gerakan tersebut diperagakan pada pelaksanaan upacara peringatan Hari Bhayangkara ke-57 (1 Juli 2003 di Lapangan Terbang Pondok Cabe, Tangerang) oleh 1000 personil, yaitu 500 orang siswa Secapa Polri angkatan ke XXX (Resimen Wira Astha Brata) dan 500 orang siswa Diktukta Pusdik Brimob Watukosek angkatan tahun 2003.